ILMU BUDAYA DASAR
“ PENGARUH MEDIA
SOSIAL TERHADAP PERILAKU BUDAYA
”
DOSEN : MUHAMMAD AKRAM
DOSEN : MUHAMMAD AKRAM
NALURITA SYAHFITRI (17514790)
KELAS 1PA04
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK-2015
KELAS 1PA04
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK-2015
NAMA
: Nalurita Syahfitri
NPM : 17514790
KELAS : 1PA04
I. PENDAHULUAN
Perkembangan
teknologi begitu pesat di jaman sekarang ini, khususnya dalam teknologi
informasi dan komunikasi. Perkembangan
teknologi ini secara langsung berdampak terhadap tatanan dan perilaku dari
manusia, baik sebagai sarana informasi maupun sebagai sarana sosialisasi dan
interaksi antar manusia.
Salah satu bentuk teknologi untuk
saling bisa berinteraksi antar manusia secara personal adalah melalui Media
Sosial antara lain facebook, twitter, instagram, path, line, ask.fm, vine,
kakaotalk, youtube, gmail, yahoo, e-mail, dan jenis-jenis aplikasi yang
lainnya. Sarana informasi untuk berinteraksi tersebut saat ini cukup banyak
diminati dan digunakan oleh masyarakat dunia khususnya di Indonesia. Sarana
teknologi informasi ini bisa digunakan dan dapat di akses oleh seluruh
masyarakat dengan tidak membeda-bedakan kelas, ras, agama, dan antar golongan.
Penggunaan teknologi informasi ini
khususnya yang disebut dengan Media Sosial bisa menjadi nilai yang positif jika
para penggunanya menggunakan sarana tersebut untuk hal-hal yang bersifat
positif misalnya untuk menambah ilmu pengetahuan, untuk sarana komunikasi dan
promosi, untuk sarana mengeksploitasi kemampuan diri, dan juga sebagai sarana
untuk membangun silaturahmi antar sesama pengguna. Tetapi jika penggunaan Media
Sosial ini digunakan untuk hal yang negative dan tidak produktif akan berdampak
kurang baik terhadap tatanan kepribadian pengguna maupun kepada tatanan budaya
dasar masyarakat dan lingkungan .
Untuk itu, sebaiknya masyarakat pengguna
Media Sosial harus berhati-hati dalam menggunakan teknologi informasi yang
cukup berkembang dewasa ini, sehingga dampak negative harus dapat kita hindari
dan dampak positif yang harus diberdayakan. Mau tidak mau atau suka tidak suka,
teknologi informasi Media Sosial ini sudah hadir dan ada di tengah-tengah
masyarakat pengguna, hanya saja bagaimana kita bisa menyiasati dan memanfaatkan
untuk kebaikan pengguna dalam memaanfaatkan teknologi informasi Media Sosial ini
.
Dengan demikian keberadaan teknologi
informasi Media Sosial ini secara langsung maupun tidak langsung sudah bisa
merubah tatanan perilaku budaya, baik perilaku budaya pribadi maupun perilaku
budaya masyarakat sekitar. Tetapi yang kita harapkan jangan sampai pengaruh teknologi
informasi Media Sosial ini berpengaruh secara fundamental terhadap perilaku
budaya masyarakat yang mana Indonesia dikenal dengan budaya adat ketimuran yang
menjunjung nilai-nilai sopan santun dan saling menghormati serta perpedoman
pada kaidah-kaidah keagamaan.
II. PEMBAHASAN
2.1 JENIS-JENIS MEDIA SOSIAL
Media sosial teknologi mengambil
berbagai bentuk termasuk majalah, forum internet, weblog, blog sosial, micro blogging,
wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan book mark sosial.
Dengan menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian (kehadiran
sosial, media kekayaan) dan proses sosial (self-presentasi,
self-disclosure) Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai
jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka diterbitkandalam
2010. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media social.
·
Proyek Kolaborasi
Website mengijinkan usernya
untuk dapat mengubah, menambah, ataupun me-remove konten
·
Blog dan microblog
User lebih bebas dalam
mengekspresikan sesuatu di blog ini seperti curhat ataupun mengkritik
kebijakan pemerintah, contohnya twitter .
·
Konten
para user dari pengguna website
ini saling meng-share konten konten media, baik seperti video, ebook, gambar, dan lain-lain, contohnya youtube.
·
Situs jejaring sosial
Aplikasi yang mengizinkan
user untuk dapat terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat
terhubung dengan orang lain, informasi pribadi itu bisa seperti foto-foto, Contoh facebook.
·
Virtual game world
Dunia virtual, dimana
mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana user bisa muncul dalam bentuk avatar-avatar
yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia
nyata, contohnya game online
·
Virtual social world
Dunia virtual yang dimana
penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama seperti virtual game
world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, Virtual Social World lebih bebas,
dan lebih ke arah kehidupan, contohnya second life.
Media sosial mempunyai ciri -
ciri sebagai berikut :
o
Pesan yang di sampaikan tidak
hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang contohnya pesan melalui
SMS ataupun internet
o
Pesan yang di sampaikan bebas,
tanpa harus melalui suatu Gatekeeper
o
Pesan yang di sampaikan
cenderung lebih cepat di banding media lainnya, penerima pesan yang
menentukan waktu interaksi
2.2 PERKEMBANGAN MEDIA
SOSIAL
Dari
ranah teknologi, saat ini kita sudah dapat melihat beberapa perkembangan
teknologi sosial media yang sudah maju pesat. Bahkan mungkin perkembangan
teknologi yang ada sudah jauh melampaui apa yang bisa dibayangkan beberapa masa
yang lalu. Dan berikut ini 3 perkembangan teknologi media sosial yang layak untuk anda
ketahui.
1. SoLoMo (Social, Location, and Mobile)
SoLoMo atau yang merupakan singkatan dari Social, Location, and
Mobile merupakan konsep teknologi sosial yang mendasari perkembangan awal
munculnya dunia sosial media. Dulu, orang mulai terfikir untuk menciptakan
sosial media dengan tujuan sebagai wadah dimana orang bisa bersosialisasi
dengan orang atau kerabat yang mereka kenal dengan mudah meskipun terpisah
jarak dan waktu.
Konsep bersosial dalam batasan tempat tersebut nyatanya kian
berkembang. Pengguna sosial media mengharapkan lebih dari bersosial jarak jauh.
Disini dituntut adanya sebuah kemudahan dalam mengakses media sosialisasi
digital tersebut. Dan konsep mobile atau dapat dibawa kapan dan dimana saja
mulai dikembangkan dan menjadi konsep utama dari teknologi sosial media.
Perkembangan yang paling nampak adalah dengan adanya sosial media
berbasis location tagging seperti Foursquare. Dengan
menggunakan teknologi GPS, kini fitur
yang menawarkan kemudahan mobile tersebut nyatanya menjadi kebutuhan baru
masyarakat digital dewasa ini.
2. Gamifikasi
Perkembangan teknologi yang diterapkan dalam sosial media
berikutnya adalah Gamifikasi. Gamifikasi adalah
penerapan fasilitas game lewat sosial media atau sebaliknya penerapan
fitur sosial media pada sebuah game. Dulu tidak banyak yang mengira bahwa
penggabungan dalam sistem teknologi gamifikasi akan semaju saat ini, namun
kenyataannya kemajuannya sudah sangat besar saat ini. Bahkan telah menjadi
sebuah industri baru yang sangat potensial.
Pada dasarnya dengan adanya perkembangan teknologi gamifikasi
dalam sosial media terdapat sebuah kelebihan dimana kebutuhan hiburan telah
bertemu dengan kemudahan bersosialisasi. Bahkan lebih lanjut bersosial juga
telah menjadi fitur yang makin membuat sebuah game terasa nyata saat dimainkan.
3. Augmented Reality
Augmented Reality atau
yang dalam bahasa Indonesia dikenal juga dengan istilah realitas tambahan
merupakan sebuah teknologi penerapan dari obyek 2 dimensi tehadap obyek 3
dimensi yang ditujukan untuk menambahkan efek real atau nyata. Dengan
implementasi teknologi ini, seseorang bisa menikmati sebuah teknologi 2 dimensi
hanya yang terkesan seperti 3 dimensi.
Penerapannya dalam dunia sosial media bisa dilihat dari
dimasukkannya fitur sosial media pada perangkat Google Glass. Google Glass
menawarkan sebuah semua informasi yang anda butuhkan hanya dari kacamata yang
anda pakai. Dan kini dengan penanamann fitur sosial media didalamnya sudah
tidak bisa dibayangkan lagi apa saja yang bisa kita lakukan dengan teknologi
tersebut. Kapanpun, dimanapun dan dalam keadaan apapun anda tetap bisa
menjalankan aktifitas sosial media dengan sangat mudah lewat sudut mata anda.
Perkembangan teknologi dalam sosial media nampaknya masih akan
terus menghadirkan kejutan bagi kita. Namun yang perlu disadari adalah dengan
makin merasuknya kemudahan yang dibawa oleh teknologi ke dalam kehidupan kita,
menuntut kita untuk makin bijak juga dalam menggunakannya. Karena pada dasarnya
teknologi ada untuk memaksimalkan hidup bukan untuk melemahkan diri dan pribadi
kita.
Di Indonesia sendiri Sosial media mengalami
perkembangan yang sangat signifikan dari tahun ke tahun, Jika pada tahun 2002
Friendster merajai sosial media karena hanya Friendster yang mendominasi sosial
media di era tersebut, kini telah banyak bermunculan sosial media dengan
keunikan dan karakteristik masing-masing.
Pada tahun 2002 Friendster
menjadi sosial media yang sangat booming dan kehadirannya sempat menjadi
fenomenal. Setelah itu pada tahun 2003 sampai saat ini bermunculan berbagai
sosial media dengan berbagai karakter dan kelebihan masing-masing, seperti
LinkedIn, MySpace, Facebook, Twitter, Wiser, Google+ dan lain sebagainya.
2.3 MEDIA SOSIAL DIKALANGAN PERILAKU MASYARAKAT
Perkembangan media sosial cukup pesat sekali terbukti dengan banyaknya ragam dan jenis media sosial di kalangan pengguna, dan penggunaannya pun bisa dengan menggunakan jasa komputer, handphone, laptop, dll. Alat-alat komunikasi tersebut bisa digunakan oleh pengguna dimana saja dan kapan saja tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga memudahkan pengguna berinteraksi di media sosial. Terlepas dari itu semua yang harus diingat adalah dampak positif dan negatifnya dalam penggunaan media sosial tersebut terutama dampaknya terhadap perilaku masyarakat. Berikut analisa dampak positif dan negatif dari penggunaan sarana media sosial :
2.3.1 Dampak Positif Media Sosial
·
Memperluas jaringan pertemanan.
Berkat situs media sosial ini anak menjadi lebih mudah berteman dengan orang lain di seluruh dunia. Meskipun
sebagian besar diantaranya tidak pernah mereka temui secara langsung.
·
Anak dan remaja akan
termotivasi untuk belajar mengembangkan diri melalui teman-teman yang mereka
jumpai secara online, karena mereka berinteraksi dan menerima umpan balik
satu sama lain.
·
Situs jejaring sosial membuat
anak dan remaja menjadi lebih bersahabat, perhatian dan empati.
Misalnya memberikan perhatian saat ada teman
mereka berulang tahun, mengomentari foto, video dan status teman mereka,
menjaga hubungan persahabatan meski tidak dapat bertemu secara fisik.
·
Menjalin silaturahmi
terhadap teman-teman lama yang terputus komunikasi sebagai akibat dari
perbedaan jarak dan waktu, sehingga silaturahmi yang terputus bisa terjalin
kembali dengan baik.
·
Menambah ilmu pengetahuan
dan teknologi, karena dengan penggunakan teknologi dengan jejaring sosial,
secara langsung kita dapat menguasai penggunaan teknologi tersebut dan dapat
menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan membaca dan membuka link-link yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan.
·
Media Sosial bisa
digunakan untuk usaha atau kegiatan-kegiatan yang menghasilkan pendapatan bagi
pengguna, misalnya menawarkan produk atau jasa yang kita jual melalui sosial
media.
2.3.2 Dampak Negatif Media
Sosial
·
Anak dan remaja menjadi malas
belajar berkomunikasi di dunia nyata, tingkat pemahaman bahasapun menjadi
terganggu, jika anak terlalu banyak berkomunikasi di dunia maya.
·
Situs jejaring sosial akan
membuat anak dan remaja lebih mementingkan diri sendiri, mereka menjadi tidak
sadar akan lingkungan di sekitarmereka, karena kebanyakan menghabiskan waktu di
internet. Hal ini dapat mengakibatkan menjadi kurang berempati di dunia nyata.
·
Bagi anak dan remaja, tidak ada
aturan ejaan dan tata bahasa di situs jejaring sosial. Hal
ini membuat mereka semakin sulit untuk membedakan antara
berkomunikasi di situs jejaring sosial dan di dunia nyata.
·
Situs jejaring social adalah
lahan yang subur bagi predator untuk melakukan kejahatan, kita tidak akan
pernah tahu apakah seseorang yang baru kita kenal anak kita di internet menggunakan
jati diri yang sesungguhnya atau tidak.
·
Banyaknya situs-situs porno
yang bisa dengan mudah diakses oleh pengguna, hal ini bisa mempengaruhi
terhadap perilaku pengguna atau masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Menteri
komunikasi dan Iformasi (Meninfokom) harus berbuat tegas dan massif untuk
memblokir semua situs-situs porno yang beredar diinternet atau media sosial.
Bagi masyarakat modern yang kini sudah sangat akrab
dengan internet, jejaring sosial, tentu bukan
hal yang asing lagi. Ada banyak
jenis jejaring sosial yang digunakan masyarakat,
terutama anak muda untuk menjalin pertemanan atau fungsi lainnya.
Meski
awalnya jejaring sosial tidak dimaksudkan untuk
digunakan sangat sering, namun faktanya saat ini jejaring sosial hampir menguasai hidup
penggunanya, terutama anak muda.
2.3.3 Tujuh Fakta Menarik Tentang Depresi Akibat Sosial Media
Media
Sosial tak hanya memberikan manfaat melainkan juga bisa memberikan dampak
buruk untuk penggunanya, salah satunya adalah depresi. Berikut adalah 7 (Tujuh) Fakta Menarik Tentang Depresi
Akibat Sosial Media seperti dilansir oleh Mag
for Women.
1. Jejaring Sosial Memicu Emosi Berlebihan
Menggunakan
jejaring sosial bisa memicu banyak emosi pada penggunanya. Meski
jejaring sosial hanya sebatas aktivitas maya, namun dampaknya tentu sangat
nyata terhadap emosi penggunanya. Jika emosi yang terus didapatkan oleh
pengguna adalah emosi negatif, maka ke depannya akan memicu depresi.
Tak
jarang juga jejaring sosial menyebabkan pertengkaran antar pasangan atau teman baik. Dampak
jejaring sosial yang begitu besar terhadap
pengguna yang sudah terlanjur kecanduan bisa sangat serius hingga mempengaruhi
emosi mereka dan bisa menyebabkan depresi.
2. Depresi Akibat Rasa Iri
Depresi
yang disebabkan oleh jejaring sosial biasanya timbul akibat rasa iri terhadap
teman-teman. Rasa iri tersebut karena jejaring sosial bisa membuat seseorang
membandingkan diri mereka dengan orang lain dengan sangat mudah.
Tanpa sadar seseorang menganggap apa yang ditampakkan oleh
jejaring sosial merupakan gambaran dari kehidupan mereka secara keseluruhan.Hal
ini sangat salah, karena tentunya setiap orang di jejaring sosial akan berbagi momen terbaik mereka di kehidupan nyata, begitu
juga seperti yang anda lakukan.
Karena itu, ada banyak hal dalam kehidupan mereka yang
tersembunyi. Sayangnya citra tersebut bisa membuat seseorang
membanding-bandingkan kehidupannya satu sama lain yang nantinya bis aberujung
pada depresi.
3. Masalah Kelainan Mental
Sebenarnya depresi
akibat jejaring sosial adalah masalah kesehatan mental yang serius.
Namun sayangnya hingga saat ini depresi yang disebabkan oleh jejaring sosial
belum diakui sebagai masalah atau kelainan mental. Meski
depresi akibat jejaring sosial belum diakui dan dicatat sebagai salah
satu masalah kelainan mental, namun depresi ini sangat nyata dan bisa terjadi pada siapa saja, terutama
generasi muda saat ini yang sangat akrab dengan penggunaan jejaring
sosial.
4. Lebih Berbahaya Pada Remaja
Penelitian
mengungkap bahwa dampak jejaring sosial dan internet
berbeda-beda pada pria, wanita, orang dewasa, remaja, dan anak-anak. Hal ini tentunya juga
dipengaruhi oleh kecenderungan seseorang untuk mengalami depresi, sehingga bisa
jadi sangat bervariasi padasetiap orang. Namun penelitian juga menunjukkan
bahwa anak-anak dan remaja lebih mudah terserang depresi akibat jejaring sosial
dan internet dibandingkan dengan wanita dewasa dan pria. Sementara wanita lebih mudah terkena depresi ini
dibandingkan pria. Meski begitu, tidak dijelaskan apa yang
membuat golongan usia tertentu seperti remaja lebih berisiko terkena depresi
dibandingkan dengan orang dewasa.
5.Bergantung Penggunaan
5.Bergantung Penggunaan
Depresi yang disebabkan oleh jejaring sosial dipengaruhi oleh
penggunaan jejaring sosial itu sendiri. Cara seseorang memperlakukan jejaring
sosial sebagai bagian dari hidupnya mempengaruhi apakah dia akan mudah
mengalami depresi yang disebabkan oleh jejaring sosial. Misalkan jika Anda menggunakan jejaring
sosial hanya untuk berkomunikasi dengan teman, atau untuk memantau kehidupan
seseorang, atau untuk bersenang-senang saja. Semakin
serius seseorang memperlakukan jejaring sosial, maka semakin serius juga
dampaknya terhadap emosi orang tersebut. Menganggap jejaring sosial sebagai hal
yang terlalu penting
bisa membuat seseorang rentan terkena depresi akibat jejaring sosial.
bisa membuat seseorang rentan terkena depresi akibat jejaring sosial.
6. Depresi Disebabkan Kepura-Puraan
Alasan lain mengapa jejaring
sosial bisa menyebabkan depresi adalah karena banyak orang yang hanya pura-pura
bahagia ketika menciptakan identitas dan citra diri mereka di dunia maya.
Sangat jarang orang yang benar-benar menunjukkan hidup mereka apa adanya di
jejaring sosial. Hal semacam ini juga bisa menyebabkan depresi terhadap orang
lain karena menganggap kehidupannya tak sebaik Anda. Tanpa sadar, kepura-puraan
yang ada di jejaring sosial menyebabkan banyak orang menjadi depresi karena
saling membandingkan kehidupan satu sama lain.
7. Jangan Bandingkan Diri Dengan Orang Lain
Salah satu hal yang disarankan
oleh para ahli adalah penggunaan jejaring sosial secara wajar. Jangan
menjadikan jejaring sosial sebagai hidup Anda, karena kehidupan Anda
sesungguhnya bukan di dunia maya dan tidak tercermin dari apa yang Anda
perlihatkan di jejaring sosial.
Selain itu, para ahli juga menyarankan untuk tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain karena inilah pemicu depresi yang paling besar.Komunikasi secara langsung lebih penting daripada hanya mengandalkan jejaring sosial. Jangan jadikan komunikasi lewat jejaring sosial sebagai kebutuhan pribadi Anda.
Selain itu, para ahli juga menyarankan untuk tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain karena inilah pemicu depresi yang paling besar.Komunikasi secara langsung lebih penting daripada hanya mengandalkan jejaring sosial. Jangan jadikan komunikasi lewat jejaring sosial sebagai kebutuhan pribadi Anda.
Bagi para pengguna jejaring
sosial, depresi akibat jejaring sosial tampaknya hal yang remeh. Namun Anda tak
pernah tahu kapan depresi tersebut bisa benar-benar mempengaruhi kesehatan
mental dan bahkan memicu banyak orang untuk melakukan tindakan fatal hanya
karena dampak dari jejaring social.
2.3.4 Tiga Gangguan Psikologis Akibat Penggunaan Media Sosial
Media sosial tak ubahnya buku harian bagi seseorang. Seruan
kegembiraan, keluhan, hingga kegalauan bermuara di sana. Antara pencitraan atau
kejujuran, tidak ada yang tahu, kecuali sang pengguna sendiri. Apakah Anda juga
begitu menggandrungi media sosial?
Selain merasa lebih lega, bermain media sosial memang dapat
memperbaiki silaturahim dengan teman lama dan mendatangkan teman baru. Namun,
manfaat positif ini bisa tergantikan dengan efek negatif akibat penggunaan yang
berlebihan.
Ya, ada dua sisi yang harus disikapi dengan bijak. Ketidakmampuan
mengontrol diri bisa saja mengakibatkan Anda mengalami gangguan psikologis
akibat teknologi. Dari sekian banyak, kenalilah 3 (tiga) jenis gangguan berikut
ini agar Anda dapat lebih waspada dan bersikap lebih bijak, yaitu sebagai
berikut :
1. Social
(Media) Anxiety Disorder
Pernahkah ketika Anda asyik mengobrol
dengan beberapa teman, masih bisa sigap memperhatikan nyala atau bunyi
notifikasi dari ponsel? Perhatian bisa seketika teralihkan karena seseorang
telah mengomentari status Facebook terbaru atau "menyambar" tweet Anda. Apabila
perilaku-perilaku seperti itu melekat dalam diri, bisa jadi Anda berpotensi
untuk mengidap social (media) anxiety disorder (SAD). Gangguan ini dapat dipahami
sebagai ketakutan atau kecemasan dalam berkomunikasi di media sosial.
Seseorang merasa takut atas
penghakiman buruk dari kerabat yang berada di jejaring sosial. Kecemasan
terlihat ketika seseorang takut dicap sebagai orang yang sombong ketika
memberikan respons yang lambat. Bahkan.seseorang bisa merasa tertekan jika
kerabat dekatnya meng-unfollow atau mem-block akunnya tiba-tiba. SAD juga bisa
berpeluang untuk masuk dalam kategori penyakit klinis.
2. OCD dan
"social phobia"
Penggunaan teknologi memicu hadirnya
kedua gangguan ini. Salah satu gejala seseorang mengalami obsessive-compulsive disorder (OCD). ia tidak dapat meninggalkan
ponselnya sedetik pun ketika sedang menjalani aktivitas lain. Sementara itu, social phobia menunjukkan gejala adanya rasa sakit
hati ketika seseorang mendapat komentar atau balasan pesan negatif dari orang
lain di dunia maya. Hal ini tidak menutup kemungkinan dapat memberikan pengaruh
buruk dalam interaksi sosial di dunia nyata.
3. FOMO, Fear of missing out (FOMO)
FOMO dimaknai sebagai perasaan tidak
nyaman karena ada sesuatu yang terlewatkan mengenai aktivitas orang lain. Hal
ini mengakibatkan seseorang cenderung untuk terus mencari tahu apa yang dialami
orang lain, apalagi pengalaman tersebut belum pernah dirasakan sendiri.
Kini, seseorang mudah tergoda untuk selalu
mengakses jejaring sosial dan memantau akun lain secara konstan. Kehidupan
orang lain seolah-olah terlihat lebih indah dan menarik, sayang jika
terlewatkan. Gejala-gejala sepele yang kerap terlihat, sejumlah orang tanpa
sadar 'mewajibkan' diri memantau lini masa sebelumd an sesudah tidur meski
hanya sekadar menyimak perbincangan antar akun.
III. KESIMPULAN
Dari uraian yang dipaparkan pada
bab-bab sebelumnya, akhirnya bisa disimpulkan dan diambil secara garis besar
tentang pengaruh media sosial terhadap perilaku budaya yang berkembang selama
ini. Kesimpulan ini hanyalah sebuah pemikiran saja yang mudah-mudahan bisa
memberikan konstribusi dalam rangka melakukan filterisasi atau penyaringan bagi
masyarakat pengguna media sosial. Berikut kesimpulan pengaruh media sosial
terhadap perilaku budaya yaitu :
v Media sosial adalah sebuah sarana komunikasi
berteknologi yang bisa melakukan interaksi antar pengguna media sosial
tersebut, yang tidak dibatasi oleh jarak, ruang dan waktu. Terciptanya media
sosial ini yaitu karena perkembangan teknologi yang semakin pesat.
v Dilihat dari sisi manfaat dan mudaratnya,
keberadaan media sosial sebenarnya sangatlah bermanfaat sekali sebagai sarana
komunikasi, karena media sosial ini bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan atau
memperkenalkan usaha atau bisnis kita atau bisa menyampaikan
pemikiran-pemikiran dan ide-ide sesorang yang kemudia bisa dibaca oleh orang
lain dalam rangka menambah wawasan dan menambah khasanah keilmuan.
v Sisi negative dari media sosial tentunya pasti
ada, pengguna bisa dengan mudah sekali terpengaruh, karena di media sosial
semua informasi yang masuk baik informasi positif dan negative bisa di akses
semuanya oleh pengguna. Oleh karena itu kepada pengguna untuk bisa lebih memfilter
atau menyaring semua informasi yang masuk
dilihat di media sosial, dan tidak menerima secara mentah-mentah semua
informasi yang masuk. Hal ini perlu pengawalan yang khusus dari para orang tua
jika pengguna media sosial tersebut masih dibawah umur, anak-anak, dan belum
dewasa.
v
Disarankan kepada
pemerintah, khususnya kepada Kementrian Komunikasi dan Informasi Republik
Indonesia untuk bisa menjaga dan memonitor terhadap perkembangan media sosial
di Indonesia dan menutup media sosial-
media sosial yang memunculkan berita atau gambar yang negative dan wajib untuk
di blokir.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Adian Saputra, 2012. Kekuatan
Media Sosial. Lampung : FMIPA UNILA
Feni, Dede. Gangguan
Psikologis Akibat Media Sosial. 5 Januari 2015
Jose – advent. Inilah bahaya
akibat kecanduan media sosail. 10 September 2014
http://techno.okezone.com/read/2014/09/09/56/1036579/inilah-bahaya-akibat-kecanduan-sosial-media
Nicholas
A. Christakis, M.D., Ph.D., James H. Fowler, Ph.D., 2010. Dahsyatnya
Kekuatan Jejaring Sosial Mengubah Hidup Kita. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Peter Burke, 2008. Sejarah
Media Sosial. Jakarta : Yayasan Obor
Senciel Melawan Dunia. Media sosial . 30 September, 2013
Wareza, Monica . Pengaruh Perkembangan Media Sosial Terhadap Komunikasi Individu. 12
Februari 2009